upacara adat

      "upacara adat"

 1.jawa barat
Upacara adat di Jawa Barat meliputi upacara daur hidup dan upacara lainnya. Upacara daur hidup, misalnya, daur hidup kelahiran, menjelang dewasa, pernikahan, dan kematian.
Upacara lain yang dilakukan dalam masyarakat Jawa Barat antara lain, Upacara Labuh Laut, yaitu upacara yang dilakukan agar para nelayan mendapat tangkapan ikan yang banyak. Upacara Labuh Laut dilaksanakan setiap tahun pada bulan Suro. Pada pelaksanaan upacara ini biasanya dipersiapkan berbagai jenis tumpeng dan sesaji.

Upacara Labuh Laut ini diawali dengan pembacaan doa dan penyebutan jenis dan fungsi sesaji satu per satu. Setelah pembacaan doa selesai, biasanya tumpeng akan langsung diperebutkan untuk dimakan. Konon, dengan memakan tumpeng ini akan mendapat berkah.

Setelah itu, sesaji akan dilarung atau dilayarkan ke tengah lautan di atas sebuah rakit papan dari bambu yang dihiasi janur kuning. Sesajian itu dilarung untuk ditujukan kepada Ratu Emas yang menguasai laut selatan. 

Kemudian, ada Muludan, yaitu upacara mensucikan benda-benda pusaka, seperti senjata dan lain-lain. Lalu, ada Nadran, yaitu sejenis sedekah laut yang dilakukan oleh penduduk pesisir.

2.jawa tengah
 

Upacara Adat Jawa Tengah

29 May
KENDUREN
Kenduren/ selametan adalah tradisi yang sudaah turun temurun dari jaman dahulu, yaitu doa bersama yang di hadiri para tetangga dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di tuakan di setiap lingkungan, dan yang di sajikan berupa Tumpeng, lengkap dengan lauk pauknya. Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan kepada yang hadir yang di sebut Carikan ada juga yang menyebut dengan Berkat.




Carikan/ berkat
Tujuan dari kenduren itu sendiri adalah meminta selamat buat yang di doakan, dan keluarganya,kenduren itu sendiri bermacam macam jenisnya, antara lain :




* kenduren wetonan ( wedalan ) Di namakan wetonan karena tujuannya untuk selametan pada hari lahir ( weton, jawa ) seseorang. Dan di lakukan oleh hampir setiap warga, biasanya 1 keluarga 1 weton yang di rayain , yaitu yang paling tua atau di tuakan dalam keluarga tersebut. Kenduren ini di lakukan secara rutinitas setiap selapan hari ( 1 bulan ). Biasanya menu sajiannya hanya berupa tumpeng dan lauk seperti sayur, lalapan, tempe goreng, thepleng, dan srundeng. tidak ada ingkung nya ( ayam panggang ).




* Kenduren Sabanan ( Munggahan ) Kenduren ini menurut cerita tujuannya untuk menaik kan para leluhur. Di lakukan pada bulan Sya’ban, dan hampir oleh seluruh masyarakat di Watulawang dan sekitarnya, khususnya yang adatnya masih sama, seperti desa peniron, kajoran, dan sekitarnya. Siang hari sebelum di laksanakan upacara ini, biasanya di lakukan ritual nyekar, atau tilik bahasa watulawangnya, yaitu mendatangi makan leluhur, untuk mendoakan arwahnya, biasanya yang di bawa adalah kembang, menyan dan empos ( terbuat dari mancung ). Tradisi bakar kemenyan memang masih di percaya oleh masyarakat watulawang, sebelum mulai kenduren ini pun, terlebih dahulu di di jampi jampi in dan di bakar kemenyan di depan pintu. Menu sajian dalam kenduren sabanan ini sedikit berbeda dengan kenduren Wedalan, yaitu disini wajib memakai ayam pangang ( ingkung ).




* Kenduren Likuran Kenduren ini di laksanakan pada tanggal 21 bulan pasa ( ramadan ), yang di maksudkan untuk memperingati Nuzulul Qur’an. dalam kenduren ini biasanya di lakukan dalam lingkup 1 RT, dan bertempat di ketua adat, atau sesepuh di setiap RT. dalam kenduren ini, warga yang datang membawa makanan dari rumah masing2, tidak ada tumpeng, menu sajiannya nasi putih, lodeh ( biasanya lodeh klewek) atau bihun, rempeyek kacang, daging, dan lalapan.




* Kenduren Badan ( Lebaran )/ mudunan Kenduren ini di laksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1 sawal ( aboge ). kenduren ini sama seperti kenduren Likuran,hanya tujuannya yang berbeda yaitu untuk menurunkan leluhur. TYang membedakan hanya, sebelum kenduren Badan, biasanya di dahului dengan nyekar ke makam luhur dari masing2 keluarga.




* Kenduren Ujar/tujuan tertentu Kenduren ini di lakukan oleh keluarga tertentu yang punya maksud atau tujuan tertentu, atau ayng punya ujar/ omong. Sebelum kenduren ini biasanya di awali dengan ritual Nyekar terlebih dahulu. dan menu wajibnya, harus ada ingkung ( ayam panggang ). Kenduren ini biasanya banyak di lakukan pada bulan Suro ( muharram ).




* Kenduren Muludan Kenduren ini di lakukan pada tanggal 12 bulan mulud, sama seperti kenduren likuran, di lakukan di tempat sesepuh, dan membawa makanan dari rumah masing- masing. biasanya dalam kenduren ini ada ritual mbeleh wedus ( motong kambing ) yang kemudian di masak sebagai becek dalam bahasa watulawang ( gulai ).




GREBEG (Solo)
Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ketiga), tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan kedua belas). Pada hari hari tersebut raja mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari gunungan kakung dan gunungan estri (lelaki dan perempuan).




Gunungan kakung berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas agak membulat. Sebagian besar gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur itik, dan beberapa perlengkapan makanan kering lainnya. Di sisi kanan dan kirinya dipasangi rangkaian bendera Indonesia dalam ukuran kecil. Gunungan estri berbentuk seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga. Sebagian besar disusun dari makanan kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan yang berbentuk lingkaran dan runcing. Gunungan ini juga dihiasi bendera Indonesia kecil di sebelah atasnya.

 3.bali

Satu hal menarik di Bali sehingga menjadi destinasi wisata internasional adalah karena Budaya dan tradisi seperti  upacara ritual yang religius, seni dan penuh makna, tentu dengan harapan aura positif yang dimunculkan akan membuat dunia ini terutama tanah dewata ini menjadi damai maupun tenang. Banyak sekali upacara adat yang ada di pulau ini baik skala itu besar maupun kecil, walaupun demikian pelaksanaan upacara yadnya bisa dilakukan dengan tingkatan nista (bawah), madya (menengah), utama (tinggi) tergantung kemampuan finansial dan keikhlasan masing-masing individu, tidak ada satu keharusan harus ambil tingkatan yang mana, walaupun tingkatan ini berbeda tapi tetap memiliki arti dan tujuan yang sama.
Prosesi Upacara Ngaben
Aktivitas upacara adat di Bali, ada 5 macam jenis yadnya atau disebut Panca Yadnya, yaitu Dewa yadnya, pitra yadnya, rsi yadnya, manusia Yadnya dan Bhuta Yadnya. Pelaksanaan dalam upacara Dewa yadnya seperti Purnama-Tilem, Pagerwesi, Tumpek, Hari Raya Saraswati, Galungan, Kuningan, dan lain-lain. Di luar itu, masih ada pembangunan pura, peresmian pura, dan hari raya pemujaan (sanggah) atau odalan, dalam pitra yadnya seperti prosesi ngaben muali dari meninggal sampai proses nyekah dan ngelinggihang di Pura ibu, upacara manusia yadnya seperti pernikahan, mulai hamil, upacara saat melahirkan (kepus puser), tiga bulanan, 6 bulanan (otonan), potong gigi, dll, upacara rsi yadnya dan bhuta yadnya. Jika semua upacara panca Yadnya ini dilakukan dengan semestinya, hampir sepertiga dari waktu yang dimiliki untuk aktivitas ritual.
Upacara Dewa Yadnya
Sedemikian banyaknya upacara adat yang dilaksanakan, tidak membuat aktifitas lainnya seperti dalam kegiatan ekonomi terganggu, malah ada pergolakan ekonomi yang bagus karena disini ada aktivitas memproduksi, desrtibusi dan konsumsi, jadi perputaran ekonomi berjalan dengan bagus, pedagang-pedagang kecil hasil pertanian lokal seperti bunga, janur, buah-buahan, bambu, kue upacara dan untuk keperluan upacara yadnya bisa laku. Semua berjalan lancar, dengan harapan Bali dengan segala isinya damai, perbaikan kualitas diri secara jasmani ataupun rohani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar